Rabu, 16 November 2011

JUBATA ADALAH SEBUTAN ALLAH DAN TUHAN DALAM BAHASA DAYAK KANAYATN


JUBATA ADALAH SEBUTAN ALLAH DAN TUHAN
DALAM BAHASA DAYAK KANAYATN

Kekuatan sebuah agama, agama apapun itu, terletak dalam nama sesembahan (Allah) yang disembah para penganutnya. Nama Allah adalah inti dalam sebuah agama, baik agama universal maupun agama tiap-tiap suku bangsa. Satiap agama, memiliki sebutan untuk Allah sesuai dengan asal usul bangsa dan agama itu, serta bahasa yang digunakan. Bangsa Ibrani menyebut Allah dengan El, Elohim dan Tuhan dengan Yahweh (Adonai). Orang Yunani menyebut Allah dengan Theos dan Tuhan dengan Kurios (Bahasa Yunani). Demikian juga bangsa Spanyol (bahasa latin) menyebut Allah dengan Deus, bangsa Inggris dengan God, dan bangsa Arab dengan Allah. Sebutan untuk nama Allah tersebut sangat bergantung kepada “bahasa” yang digunakan, sedangkan konsep dibelakang nama Allah itu masing-masing suku bangsa berbeda-beda.
Nama Allah dalam “budaya” Dayak Kanayatn (banana’,/ba ahe), pertama-tama tidak dapat dipisahkan dari pengertian-pengertian umum tentang nama Allah itu sendiri. Kedua, jika nama Tuhan atau Allah itu digali dalam suatu budaya atau “kepercayaan” masyarakat, maka tidak dapat dipisahkan dari kontekstualisasi nama Allah dalam Agama/kepercayaan dan budaya lokal dalam konteks pekabaran injil. Dalam penulisan ini, pengertian umum Allah tidak akan di bahas, tetapi akan dipaparkan nama Allah dalam alkitab, nama Allah dalam strategi misi dan kontekstualisasi nama Tuhan dan Allah dalam Bahasa Dayak Kanayatn, serta arti nama Jubata dalam pengertian masyarakat Dayak Kanayatn.     

1. Nama-Nama Allah Dalam Alkitab (PL dan PB)
Nama Allah yang utama dalam Alkitab adalah Elohim, diterjemahkan Allah, kemudian nama Yahweh atau Yehovah, diterjemahkan “TUHAN”, dan Adonai diterjemahkan “Tuhan” dalam Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, adalah  nama-nama yang umum bagi Allah “Pencipta,”  atau “Yang Tertinggi”  yang dikenal oleh Musa dan nenek moyang bangsa Ibrani.[1] 
Yahweh adalah satu-satunya nama Allah. Yahweh adalah Allah khusus bapak leluhur Israel, secara berulang-ulang ungkapan Yahweh Allah Abraham dan kemudian Allah Ishak dan Allah Yakub. Yahweh kadang-kadang diterjemahkan Yehovah, naskah asli bahasa Ibrani tidak membubuhkan hurup-hurup hidup YHWH, dianggap teramat suci untuk diucapkan; jadi Adonai (Tuhanku) [2].

Nama El[3] dalam dalam alkitab berasal dari bahasa Aramaik. ‘El’ adalah kata benda nama diri dari nama ‘allah akbar’  dewa orang Kanaan. Bentuk jamak dari ‘el’  ialah elohim, tetapi meskipun merupakan bentuk jamak, dapat dipakai dalam bentuk tunggal, kata ini sering dirangkaikan dengan kata Yahwe, misalnya; Yahwe Elohim artinya TUHAN Allahmu[4] dalam alkitab bila dipakai sebagai jamak artinya Allah Yang Maha Tinggi, atau kepenuhan Allah, tetapi bila dipakai di luar Alkitab diterjemahkan sebagai dewa-dewa.[5] Alkitab  terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan God atau god (Allah atau dewa),[6]
Kata Yehovah artinya : “AKU ADALAH AKU” (Keluaran 3:14) “Yang Esa”, Ulangan 6:4; Markus 12:9,  satu-satunya nama Allah Israel, diterjemahkan  “TUHAN” . Kata Yehovah untuk menegaskan Keesaan Allah, menunjuk kapada Allah yang disembah nenek moyang bangsa Israel  “Allah Abraham, Ishak dan Yakub”  (Kel 3:15-16). Dalam agama suku Dayak Kanayatn dikenal Jubata Ne’ Nange, menunjuk kepada Keesaan Jubata. Kata “nange” artinya: “tersendiri, satu-satunya atau esa” cukup untuk menegaskan bahwa Jubata itu satu (Esa).
Kata Adonai artinya : “Tuan atau Pemilik” menunjuk pada kepemilikan Allah atas segala yang diciptakan-Nya. Pemilik alam semesta adalah Yahwe atau Yehovah, akan tetapi karena nama ini dianggap teramat kudus, maka orang Israel tidak berani menyebut langsung nama Yahwe (dalam tulisan), tetapi disebut dengan “Adonai” (Ibrani artinya: Tuhan Pemilik). Dalam agama suku Dayak Kanayatn dikenal Jubata Ne’ Pangampu’  atau Jubata Ne’ Pajaji, artinya : Jubata Pemilik atau Jubata Penjadi (yang menjadikan segala sesuatu).          
Terjemahan Kitab Perjanjian Baru bahasa Yunani, istilahTheos (Pencipta atau Yang Tertinggi), mempunyai bentuk yang setara dengan “Elohim”  atau Allah dalam Perjanjian Lama. Merupakan nama yang paling umum yang dikenal bangsa Yunani untuk sang pencipta dari versi agama suku. Seperti juga Elohim dalam bahasa Aramaik, adalah penyesuaian dari ilah bangsa kafir.[7]
Nama Kurios dalam Alkitab Perjanjian Baru disetarakan dengan Adonai dalam PL diterjemahkan Tuhan. Menunjuk kepada Allah sebagai Yang Maha Kuasa, Tuhan, Pemilik, Penguasa yang memiliki kekuasaan resmi dan juga otoritas. Kata ini tidak hanya dipakai untuk menunjuk Allah, tetapi juga menunjuk Kristus. [8]   

2.  Nama Allah dalam Strategi Misi
Kontekstualisasi nama Allah (Elohim) adalah suatu upaya pendekatan kepada suku bangsa tertentu, dengan cara memunculkan istilah lokal dari agama suku bangsa tersebut, untuk terjemahan nama Elohim (bersama Yehovah dan Adonai).  Dasar alkitabiah menerjemahkan Elohim ke dalam bahasa berbagai bangsa tersirat dalam Alkitab, di antaranya dalam Matius 28 : 18-20,  antara lain: “KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi, karena itu pergilah, jadikanlah segala bangsa muridKu, dan baptislah mereka di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus…”.  Kata “bangsa”  dalam ayat ini berasal dari istilah Yunani ta etne (ta etne) lebih khusus artinya adalah etnik menunjuk kepada semua kelompok bangsa, atau suku bangsa.[9] Hal itu ditegaskan lagi dengan peristiwa pentakosta (Kis 2:7-11), Injil didengar dalam bahasa suku bangsa tiap-tiap pendengar.
Paulus adalah rasul yang mengabarkan Injil kepada bangsa non Yahudi;  “Kepadaku telah dipercayakan untuk menyampaikan Injil kepada orang-orang yang tak bersunat, sama seperti Petrus kepada orang-orang bersunat” (Gal 2:7).
Paulus mengadakan pendekatan keagaman kepada orang Yunani dalam sidang di Areopagus, ia menunjuk salah satu simbol dewa Yunani dan mengajarkan tentang dewa tersebut dalam versi Injil (Kis 17:19, 23). Istilah dari agama suku (kafir) Yunani (theos) dipakai Paulus dalam menyampaikan Injil dan membentuknya sedemikian rupa hingga menjadi padanan untuk Elohim.[10]

Contoh kongkrit penggunaan bahasa berbagai bangsa terlihat terbukti dalam alkitab sendiri, yang antara lain penggunaan bahasa Aramaik dalam Perjanjian Lama dan penulisan kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani.
Alkitab secara jelas telah menunjukkan penerjemahan ke dalam bahasa suku bagsa adalah bersifat total. Termasuk istilah-istilah mendasar dalam agama suku (Bangsa Aramaik dan Bangsa Yunani) untuk menyebut “Yang Tertinggi” (theos) dan “Yang Dipertuan” (kurios),[11] menjadi nama Yehovah (Dia Yang Tertinggi dan Dimuliakan) dan Elohim (Dia yang Kuat dan Yang Berkuasa) dalam Alkitab Perjanjian Lama.[12]

Pemakaian istilah suku untuk menjadi padanan Elohim, Yehovah, dan Adonai  dalam Alkitab[13] bukanlah bermaksud mengangkat istilah suku itu untuk mengajarkan konsep aslinya menurut suku itu, tetapi pemakaian istilah suku itu semata-mata bermaksud untuk menenggelamkan pemahaman mereka tentang ilah-ilah nenek moyang mereka.
Nama Elohim, Yehovah, Adonai, Theos, Kurios diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Allah, TUHAN dan Tuhan, diadopsi dari bahasa Melayu.[14] Nama Allah diserap oleh suku Melayu dari istilah bangsa Arab “Allah” artinya “dewa yang tetinggi atau dewa pencipta atau dewa pengairan”  berasal dari istilah agama suku Arab, yang dijadikan istilah untuk menyebut “yang tertinggi”  dalam agama Islam.[15] Kemudian nama Allah dipakai dalam penerjemahan Alkitab bahasa Melayu tahun 1662-1663, di Brunai Darussalam, untuk menginjili orang-orang Melayu. Namun kemudian Alkitab ini dipakai di Nusantara (Indonesia).[16]
Contoh lain dapat kita saksikan dalam penerjemahan Elohim ke dalam bahasa berbagai bangsa, misalnya;
dalam kepercayaan  orang Cina dikenal nama Thien Ti atau Shongti, artinya “dewa langit”  masih disembah sekitar tahun 2600 sM, kemudian merosot menjadi penyembahan kepada kaisar tahun 1066-770 sM. Orang-orang Santal di India menamakan Allah yang sejati dengan nama Jakur Jiu artinya Roh Yang Maha Tinggi.[17]

Debata, dalam bahasa Batak merupakan nama dewa “yang tertinggi” yang disembah oleh suku Batak dalam kepercayaan sukunya, kemudian dipakai untuk padanan nama Tuhan dalam Alkitab bahasa Batak. 

3.  Nama Allah  dalam Bahasa Dayak Kanayatn
Penginjilan oleh misi Kristen pada generasi pertama Katolik dan GPPIK, memakai pendekatan konfrontatif. Segala yang berbau agama suku dianggap penyembahan berhala. Nama Jubata dianggap ilah-ilah, pertama-tama untuk mengugurkan anggapan bahwa nama itu sama dengan Allah dalam bahasa Indonesia. Dan keduanya untuk membedakan diri dari masyarakat yang beragama suku. Alasan lainnya menurut Siran Agam;
Alkitab yang dipakai berbahasa Indonesia telah memakai nama Allah dan Tuhan. Dayak Kanayatn mengerti bahasa Indonesia sehingga nama Elohim, Yehovah atau Adonai,  cukup diterjemahkan dengan kata Allah atau Tuhan saja, tidak perlu dikontekstualkan menjadi Jubata dalam istilah Kanayatn karena akan menimbulkan dualisme kepercayaan.[18]

Metode konfrontatif diantaranya adalah dengan cara melawan nama Jubata.  Pemakaian nama Jubata untuk menunjuk pada Allah atau Tuhan oleh orang Kristen  dilawan sedemikian rupa. Konsep Jubata dianggap “kepercayaan animis” yang dianggap bertentangan dengan alkitab, penyembahan kepada Jubata dianggap sama dengan penyembahan kepada ilah-ilah. Oleh misi Katolik cara pendekatan ini mulai dirubah sejak konsili vatikan ke 2, gereja Katolik lebih toleran dengan kepercayaan setempat. Dan pihak Kristen mulai merumuskan pengakuannya terhadap adat dan budaya Dayak tetapi tetap menentang kepercayaannya secara konfrontatif.
Memang kita sudah sepatutnya menolak masalah ketuhanan (jubata versi agama suku), yang dipercayai para panyangahatn (imam).  Metode kontekstualisasi adalah solusi yang tepat dalam menjawab persoalan di atas. Metode ini bermaksud memakai istilah-istilah atau kebiasaan-kebiasaan suku yang berasal dari akar kepercayaan dan budaya mereka dalam terang firman Allah. Tetapi Metode kontekstualisasi apapun bentuknya tanpa menyentuh esensi dasar kepercayaan suku tidak akan  berarti banyak.
Esensi  mendasar dalam seluruh kepercayaan, budaya dan adat Dayak Kanayatn berlandaskan pada nama “Jubata” , yang dianggap sebagai penguasa tertinggi dan pencipta.  Nama ini adalah yang terutama dan yang yang paling umum dikenal oleh suku Dayak Kanayatn sebagai nama Tuhan atau Allah. Nama itu  seharusnya menjadi  sentral dalam kontekstualisasi. Sebab jika nama ini tidak disentuh, akan gugurlah segala usaha yang dibangun atas nama kontektualisasi.
Nama Jubata dalam bahasa suku Dayak Kanayatn  adalah padanan nama Allah atau dewa,[19] mengacu pada “yang maha kuasa” merupakan nama yang paling umum untuk “yang tertinggi, pencipta, dan penguasa alam semesta”. Dikenal dalam konsep dasar agama suku, terutama agama suku Dayak Kanayatn berbahasa ahe banana’, Dayak Banyuke berbahasa banyadu’, Dayak Banyuke berbahasa banane’, Dayak Lara, Dayak Jagoi dan Dayak Behe berbahasa Balangin, Dayak Jelimpo baaye’.
Kedua, dalam sejarah Islam nama Jubata telah disejajarkan dengan Allah selama 400 tahun, nama ini telah dianggap milik asli  Dayak Kanayatn, sedangkan kata Allah dan Tuhan adalah milik Islam atau Melayu. Selama kesultanan Melayu berkuasa, telah terjadi usaha-usaha mengislamkan Dayak  tetapi tidak berhasil, salah satu penyabnya yang paling mendasar adalah karena kuatnya pengaruh nama Jubata dalam kepercayaan suku. Ketiga, dalam penulisan-penulisan yang mengemuka Jubata jelas dikenal oleh semua penulis memiliki sifat keilahian,[20] dan keempat, nama Jubata juga umum ditulis untuk padanan nama Tuhan.[21]
Ada tiga Nama Jubata dalam bahasa Kanayatn yang dominan muncul, yakni Jubata Ne’ Panampa, Jubata Ne’Nange dan Jubata Ne’ Pajaji,  dalam istilah Ibrani tiga nama Allah yang dominan muncul adalah Elohim, Yehovah dan Adonai.[22]  Jika diterjemahkan sebagai berikut:
  Terjemahan Indonesia
Bahasa Ibrani
Bahasa Dayak Kanayatn
Allah
TUHAN
Tuhan
TUHAN Allah
Elohim
Yehovah
Adonai
Yahwe Elohim
Jubata
JUBATA
Jubata
Jubata Nange

Kata Allah (Arab:Melayu), terjemahan dari Elohim artinya “Sang Pencipta” merupakan sifat dari “El” (Bhs Aram)  yang setara dengan Yehovah. Dalam Agama suku Dayak Kanayatn dikenal “Jubata Ne’ Panampa’”artinya  Jubata Sang Pencipta.

4. Arti Nama Jubata

            Secara etimologis, nama Jubata tidak dapat di uraikan. Dalam konteks asli dayak kanayatn yang terdapat  cerita-cerita suku turun temurun, yang dituturkan  lewat dongeng, legenda, ritus dan mitologi, tidak ditemukan adanya arti khusus berkaitan dengan nama Jubata, selain anggapan bahwa “Jubata adalah sesembahan” Penguasa semesta dan Roh Yang Tertinggi yang memiliki otoritas atas hidup manusia, alam semesta dan segala mahluk. Sedangkan dari sisi sejarah perkembangan agama di Kalimantan Barat, Jubata adalah lawan dari nama Allah atau Tuhan.
Secara linguistik jubata adalah padanan kata dewa, Allah atau Tuhan. Jubata bukanlah nama pribadi, tetapi sebutan untuk jenis mahluk yang dibedakan dati manusia, tumbuhan, hewan, roh-roh yang berjumlah banyak atau hantu-hantu. mengenai perbedaan yang mencolok ini, secara jelas Jubata memiliki sifat Dewa atau Tuhan, misalnya, pencipta, (Jubata ne’ panampa’), Esa (Jubata ne’ nange). Mahluk-mahluk lainnya berada dibawah otoritas Jubata, dan tidak memiliki sifat seperti yang dimiliki Jubata.  Jubata memiliki kuasa yang  tidak terbatas “supreme being” sebagai pribadi yang bersemayam di atas langit, tempat kediamannya disebut ‘subhayangan’ suatu tempat yang tertinggi atau tempat di atas langit (sorga).
Pemahaman monoteistik asali secara implisit tersirat dalam sifat Jubata, yang disebut  ” Jubata Ne’ Nange”. [23] Jubata dianggap “Maha Hadir” , dia dianggap hadir di seluruh bumi, di matahari, di bulan, di bintang. Jubata juga dianggap hadir dalam berbagai aktifitas hidup manusia. Misalnya jika seseorang yang sedang kesulitan yang amat sangat, terancam maut, kemudian tertolong, yang menjadi penolong itu di sebut Jubata, artinya Jubata ikut campur tangan terhadap hidup orang yang terancam tersebut lewat mediator: (bisa orang/manusia, benda atau hal lain). 



KESIMPULAN   

            Jubata dapat diterima sebagai padanan nama Tuhan atau Allah dalam bahasa Dayak Kanayatn secara linguistik (ilmu bahasa) dan  dalam konteks “penyataan umum Allah”. Allah telah menyatakan diri ke dalam bahasa dan budaya suku-suku bangsa, dan dalam budaya suku Dayak Kanayatn Allah memperkenalkan Diri-Nya dengan nama Jubata.
          Nama Allah (pencipta dan penguasa spritual ) dalam bahasa Indonesia perlu dikontekskan dalam bahasa Dayak Kanayatn, karena nama Allah dalam bahasa Indonesia, bagi orang Dayak Kanayatn adalah nama asing yang berasal dari luar bahasa dan budaya mereka, akibatnya sukar untuk mengubah mereka untuk menjadi umat Kristen yang berpedoman pada alkitab.  Eksistensi Allah bagi mereka sudah terangkum pada nama Jubata. Jubata konteks agama suku asli dayak Kanayatn masih menjiwai seluruh aspek budaya mereka,  sehingga jika ingin mengubah budaya tersebut sesuai dengan Alkitab, harus dimulai dahulu dengan Kontestualisasi nama Allah menjadi Jubata.
Agar kontestualisasi ini tidak menimbulkan salah kaprah dan sinkritisme, maka pemakaian nama Jubata haruslah disertai dengan penerjemahan alkitab ke dalam bahasa kanayatn. Karena alkitab sendiri yang akan meluruskan konsep Jubata yang keliru, versi agama suku mereka, supaya sesuai dengan ajaran Allah yang sesuai dengan prinsip alkitab.  
         


[1]Don Ricardson Anak Perdamaian, (Bandung: Kalam Hidup), 1994,  hlm. 169.
[2]J.D. Douglas(ed) Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-L, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,1995), hlm. 38-39.
[3]Henk ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1996), hlm. 150,  dipakai God atau god, artinya: ‘Allah’ atau ‘dewa’. 
[4]Ibid, hlm. 38.
[5]Ibid
[6]J.D. Douglas(ed) Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-L…,  hlm. 37.
[7]Louis Berkhof, Teologi Sistimatika, Volume I, Doktrin Allah, (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, LRII, 1993), hlm. 74-75. Theos dalam Perjanjian Baru nama yang paling umum dikenal bangsa Yunani untuk Allah dari istilah agama kafir, untuk padanan El, Elohim dan Elyon. Dan Kurios menunjuk Yang Maha Kuasa, Tuhan, Pemilik, Penguasa yang memiliki kekuasaan resmi atau mutlak.
[8]Ibid, hlm. 75. 
[9]Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini: Gereja Yang Mempunyai Visi dan Tujuan, (Malang: Gandum Mas, 1999), hlm. 165.
[10]Ralph D.Winter, “Dua Struktur dari Misi Penebusan Allah”  dalam Word Mission; Misiologi, Young Hwa Hong, (ed),  (Malang: Sekolah Tinggi Theologia Salem 1997), hlm. 35. 
[11]Louis Berkhof, Teologi Sistimatika, Volume I, Doktrin Allah…, hlm. 70. 
[12] J.D. Douglas(ed) Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-L…,  hlm. 38. Elohim adalah bentuk Jamak dari ‘el’ dan bila dipakai sebagai jamak diterjemahkan ‘dewa-dewa’. Dan dapat dipakai dalam bentuk tunggal, yang berarti Allah Yang Maha Tinggi.
[13]Peter Wagner, Roh-Roh Teroterial, (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, 1994), hlm. 220-223.
[14]Th van den End, Harta Dalam Bejana, Sejarah Gereja Singkat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983),  hlm. 183-192.
[15]Soebardi dan Harsojo, Pengantar Sejarah dan Ajaran Islam, (Bandung:Binacipta, 1986),  hlm. 7.
[16]Anne Ruch, Sejarah Gereja Asia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999),  hlm. 217. 
[17]Don Ricardson, Kerinduan akan Allah Yang Sejati (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996), hlm. 112-113.
[18]Wawancara Di GPPIK Immanuel Senakin, tanggal 15 Juli  2007.
[19] Lihat J.D. Douglas(ed) Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-L…,   hlm. 37.                   
[20]Lontaan, Sejarah Hukum Adat…,  hlm. 461.
[21]Wolas Krenak dan Vincentius Julipin,  “Naik Dango: Upacara Syukuran Padi”, dalam Manusia Dayak…, hlm 128,  dan lihat AB Dacing, Adat Istiadat Perkawinan Dayak Kanayatn…,  hlm. 25.   
[22]Almer L Towns, Nama-Nama Allah, (Yogyakarta: Yayasan Andy, 1995), hlm. 9.
[23] Kata Nange artinya : satu-satunya, hanya itu, tersendiri,  misalnya: ditempat tersebut hanya ada satu-satunya pohon, pohon itu disebut nange, “pohon itu nange”.

3 komentar:

  1. Postingan yang menarik sayang sekali background-nya menggangu pandangan sehingga mata ini terasa perih saat membacanya

    BalasHapus
  2. manyak2 ngago info dayak boh, tarima kasih

    BalasHapus
  3. Artikel yang sangat baik, Sangat membantu. Terima kasih atas paparan lengkap dan sangat jelas.

    BalasHapus