Nama
Allah yang utama dalam Alkitab adalah Elohim, diterjemahkan Allah, kemudian
nama Yahweh atau Yehovah, diterjemahkan “TUHAN”, dan Adonai diterjemahkan
“Tuhan” dalam Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, adalah nama-nama yang umum bagi Allah
“Pencipta,” atau “Yang Tertinggi” yang dikenal oleh Musa dan nenek moyang
bangsa Ibrani.
Yahweh
adalah satu-satunya nama Allah. Yahweh adalah Allah khusus bapak leluhur
Israel, secara berulang-ulang ungkapan Yahweh Allah Abraham dan kemudian Allah
Ishak dan Allah Yakub. Yahweh kadang-kadang diterjemahkan Yehovah, naskah asli
bahasa Ibrani tidak membubuhkan hurup-hurup hidup YHWH, dianggap teramat suci
untuk diucapkan; jadi Adonai (Tuhanku).
Nama
El
dalam dalam alkitab berasal dari bahasa Aramaik. ‘El’ adalah kata benda nama
diri dari nama ‘allah akbar’ dewa orang
Kanaan. Bentuk jamak dari ‘el’ ialah
elohim, tetapi meskipun merupakan bentuk jamak, dapat dipakai dalam bentuk
tunggal, kata ini sering dirangkaikan dengan kata Yahwe, misalnya; Yahwe Elohim
artinya TUHAN Allahmu
dalam alkitab bila dipakai sebagai jamak artinya Allah Yang Maha Tinggi, atau
kepenuhan Allah, tetapi bila dipakai di luar Alkitab diterjemahkan sebagai
dewa-dewa.
Alkitab terjemahan bahasa Inggris
diterjemahkan God atau god (Allah atau dewa),
Kata
Adonai artinya : “Tuan atau Pemilik” menunjuk pada kepemilikan Allah atas
segala yang diciptakan-Nya. Pemilik alam semesta adalah Yahwe atau Yehovah,
akan tetapi karena nama ini dianggap teramat kudus, maka orang Israel tidak
berani menyebut langsung nama Yahwe (dalam tulisan), tetapi disebut dengan
“Adonai” (Ibrani artinya: Tuhan Pemilik). Dalam agama suku Dayak Kanayatn
dikenal Jubata Ne’ Pangampu’ atau Jubata
Ne’ Pajaji, artinya : Jubata Pemilik atau Jubata Penjadi (yang menjadikan
segala sesuatu).
Terjemahan
Kitab Perjanjian Baru bahasa Yunani, istilahTheos (Pencipta atau Yang
Tertinggi), mempunyai bentuk yang setara dengan “Elohim” atau Allah dalam Perjanjian Lama. Merupakan
nama yang paling umum yang dikenal bangsa Yunani untuk sang pencipta dari versi
agama suku. Seperti juga Elohim dalam bahasa Aramaik, adalah penyesuaian dari
ilah bangsa kafir.
Nama
Kurios dalam Alkitab Perjanjian Baru disetarakan dengan Adonai dalam PL diterjemahkan
Tuhan. Menunjuk kepada Allah sebagai Yang Maha Kuasa, Tuhan, Pemilik, Penguasa
yang memiliki kekuasaan resmi dan juga otoritas. Kata ini tidak hanya dipakai
untuk menunjuk Allah, tetapi juga menunjuk Kristus.
2. Nama Allah dalam Strategi Misi
Kontekstualisasi
nama Allah (Elohim) adalah suatu upaya pendekatan kepada suku bangsa tertentu,
dengan cara memunculkan istilah lokal dari agama suku bangsa tersebut, untuk
terjemahan nama Elohim (bersama Yehovah dan Adonai). Dasar alkitabiah menerjemahkan Elohim ke
dalam bahasa berbagai bangsa tersirat dalam Alkitab, di antaranya dalam Matius
28 : 18-20, antara lain: “KepadaKu telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi, karena itu pergilah, jadikanlah
segala bangsa muridKu, dan baptislah mereka di dalam nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus…”. Kata “bangsa” dalam ayat ini berasal dari istilah Yunani ta etne (ta etne)
lebih khusus artinya adalah etnik menunjuk kepada semua kelompok bangsa,
atau suku bangsa.
Hal itu ditegaskan lagi dengan peristiwa pentakosta (Kis 2:7-11), Injil
didengar dalam bahasa suku bangsa tiap-tiap pendengar.
Paulus
adalah rasul yang mengabarkan Injil kepada bangsa non Yahudi; “Kepadaku telah dipercayakan untuk
menyampaikan Injil kepada orang-orang yang tak bersunat, sama seperti Petrus
kepada orang-orang bersunat” (Gal 2:7).
Paulus mengadakan pendekatan keagaman
kepada orang Yunani dalam sidang di Areopagus, ia menunjuk salah satu simbol
dewa Yunani dan mengajarkan tentang dewa tersebut dalam versi Injil (Kis 17:19,
23). Istilah dari agama suku (kafir) Yunani (theos) dipakai Paulus dalam
menyampaikan Injil dan membentuknya sedemikian rupa hingga menjadi padanan
untuk Elohim.
Contoh
kongkrit penggunaan bahasa berbagai bangsa terlihat terbukti dalam alkitab
sendiri, yang antara lain penggunaan bahasa Aramaik dalam Perjanjian Lama dan
penulisan kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani.
Alkitab secara jelas telah
menunjukkan penerjemahan ke dalam bahasa suku bagsa adalah bersifat total.
Termasuk istilah-istilah mendasar dalam agama suku (Bangsa Aramaik dan Bangsa
Yunani) untuk menyebut “Yang Tertinggi” (theos) dan “Yang Dipertuan”
(kurios),
menjadi nama Yehovah (Dia Yang Tertinggi dan Dimuliakan) dan Elohim (Dia yang
Kuat dan Yang Berkuasa) dalam Alkitab Perjanjian Lama.
Pemakaian
istilah suku untuk menjadi padanan Elohim, Yehovah, dan Adonai dalam Alkitab
bukanlah bermaksud mengangkat istilah suku itu untuk mengajarkan konsep aslinya
menurut suku itu, tetapi pemakaian istilah suku itu semata-mata bermaksud untuk
menenggelamkan pemahaman mereka tentang ilah-ilah nenek moyang mereka.
Nama
Elohim, Yehovah, Adonai, Theos, Kurios diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
Allah, TUHAN dan Tuhan, diadopsi dari bahasa Melayu.
Nama Allah diserap oleh suku Melayu dari istilah bangsa Arab “Allah” artinya “dewa
yang tetinggi atau dewa pencipta atau dewa pengairan” berasal dari istilah agama suku Arab, yang
dijadikan istilah untuk menyebut “yang tertinggi” dalam agama Islam.
Kemudian nama Allah dipakai dalam penerjemahan Alkitab bahasa Melayu tahun
1662-1663, di Brunai Darussalam, untuk menginjili orang-orang Melayu. Namun
kemudian Alkitab ini dipakai di Nusantara (Indonesia).
Contoh
lain dapat kita saksikan dalam penerjemahan Elohim ke dalam bahasa berbagai
bangsa, misalnya;
dalam kepercayaan orang Cina dikenal nama Thien Ti atau Shongti,
artinya “dewa langit” masih disembah
sekitar tahun 2600 sM, kemudian merosot menjadi penyembahan kepada kaisar tahun
1066-770 sM. Orang-orang Santal di India menamakan Allah yang sejati dengan
nama Jakur Jiu artinya Roh Yang Maha Tinggi.
Debata,
dalam bahasa Batak merupakan nama dewa “yang tertinggi” yang disembah oleh suku
Batak dalam kepercayaan sukunya, kemudian dipakai untuk padanan nama Tuhan
dalam Alkitab bahasa Batak.
3. Nama Allah
dalam Bahasa Dayak Kanayatn
Jubata dapat
diterima sebagai padanan nama Tuhan atau Allah dalam bahasa Dayak Kanayatn
secara linguistik (ilmu bahasa) dan
dalam konteks “penyataan umum Allah”. Allah telah menyatakan diri ke
dalam bahasa dan budaya suku-suku bangsa, dan dalam budaya suku Dayak Kanayatn
Allah memperkenalkan Diri-Nya dengan nama Jubata.
Nama Allah (pencipta dan penguasa
spritual ) dalam bahasa Indonesia perlu dikontekskan dalam bahasa Dayak
Kanayatn, karena nama Allah dalam bahasa Indonesia, bagi orang Dayak Kanayatn
adalah nama asing yang berasal dari luar bahasa dan budaya mereka, akibatnya
sukar untuk mengubah mereka untuk menjadi umat Kristen yang berpedoman pada
alkitab. Eksistensi Allah bagi mereka
sudah terangkum pada nama Jubata. Jubata konteks agama suku asli dayak Kanayatn
masih menjiwai seluruh aspek budaya mereka,
sehingga jika ingin mengubah budaya tersebut sesuai dengan Alkitab,
harus dimulai dahulu dengan Kontestualisasi nama Allah menjadi Jubata.
Agar
kontestualisasi ini tidak menimbulkan salah kaprah dan sinkritisme, maka
pemakaian nama Jubata haruslah disertai dengan penerjemahan alkitab ke dalam
bahasa kanayatn. Karena alkitab sendiri yang akan meluruskan konsep Jubata yang
keliru, versi agama suku mereka, supaya sesuai dengan ajaran Allah yang sesuai
dengan prinsip alkitab.